Beginilah mereka menghancurkan kita (Umat Islam) , lalu bagaimana sikap kita…?!
Saturday, January 5, 2013
Leave a Comment
Arrahmah.com/Muslimahzone.com - Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di
depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari'at Islam. Di
tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata,
"Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di
tangan kanan ada penghapus.
Jika saya angkat kapur ini, maka
berserulah "Kapur!", jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah
"Penghapus!" Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru
mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama
kian cepat.
Beberapa saat kemudian sang guru
kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka
berserulah "Penghapus!", jika saya angkat penghapus, maka katakanlah
"Kapur!". Dan permainan diulang kembali.
Maka pada mulanya murid-murid itu
keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka
sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti.
Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.
"Anak-anak, begitulah ummat
Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu
bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara,
untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya.
Pertama-tama mungkin akan sukar bagi
kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan
cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal
itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah
berhenti membalik dan menukar nilai dan etika."
"Keluar berduaan,
berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan,
pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan
dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi
kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit
demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya.
"Paham Bu Guru"
"Baik permainan kedua,"
Ibu Guru melanjutkan. "Bu Guru ada Qur'an, Bu Guru akan meletakkannya di
tengah karpet. Quran itu "dijaga" sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan
karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet.
Permainannya adalah, bagaimana
caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa
memijak karpet?" Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif
dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil.
Akhirnya Sang Guru memberikan jalan
keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an ditukarnya dengan buku filsafat
materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.
"Murid-murid, begitulah ummat
Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian
dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah.
Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka
akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak
sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang
kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat.
Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu.
Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan
dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…"
"Begitulah musuh-musuh Islam
menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia
akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian
dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah
meninggalkan Syari'at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka
inginkan."
"Kenapa mereka tidak berani
terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?" tanya mereka. Sesungguhnya
dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar,
dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang
perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang
serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak.
Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo'a dahulu sebelum
pulang…"
Matahari bersinar terik tatkala
anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran
masing-masing di kepalanya.
***
Ini semua adalah fenomena Ghazwu
lFikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam.
Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya:
"Mereka hendak memadamkan
cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain
menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal
itu."(QS. At Taubah :32).
Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata
yang membius ummat Islam untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya generasi
muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas
media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak
terasa.
Begitulah sikap musuh-musuh Islam.
Lalu, bagaimana sikap kita…?
-Note From Brother Asep Juju-
(anna/muslimazone.com)
0 comments »
Leave your response!